Wednesday, July 29, 2009

DAKWAH DENGAN TERANG-TERANGAN

Pertama kali menampakkan dakwah
Wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah firman Allah :

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ
“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”
( asy-Syu'aara: 214)
Permulaan surat Asy-syura’ yang memuat ayat ini menyebutkan kisah nabi Musa  dari permulaan nubuwah hingga hijrah beliau bersama bani Israil, hingga mereka selamat dari Fir’aun dan para pengikutnya. Kisah ini memuat tahapan- tahapan yang dilalui Nabi Musa selama menyeru fir’aun dan kaumnya kepada Allah

Riancian tahapan –tahapab dakwah Nabi Musa ini perlu disampaikan saat Rasulullah  menyeru kaumnya kepada Allah agar beliau dan sahabatnya memperoleh sedikit gambaran yang bakal dihadapi, yaitu berupa pendustaan dan tekanan selagi mereka sudah menampakkan dakwah. Dengan begitu mereka bisa menyadari urusan sejak permulaan dakwah.

Disisi lain, surat ini juga memuat kesudahan yang dialami orang-orang yang mendustakan para Rasul, dari kaum Nuh, Tsamud, Ibrahim dan lain-lainnya, dengan menitik beratkan peyebutan kisah tentang Fir’aun dan kaumnya, agar orang-orang yang mendustakan mengetahui hukuman yang bakal diturunkan Allah jika mereka tetap mendustakan, dan agar orang-orang yang beriman juga mengetahui kesudahan yang baik bagi mereka, yang tidakakan didapatkan orang –orang yang mendustakan nubuwah.

Menyeru Kerabat-Kerabat Dekat
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah  satelah turun ayat diatas ialah mengundang Bani Hasyim. Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani Al-Muthollib bi Abdi Manaf, yang jumlahnya ada empat puluh lima orang. Sebelum beliau berbicara, Abu Lahab sudak mendahului bicara,” mereka yang hadir disini adalah paman-pamanmu sendiri dan anak-anaknya. Maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan Bani bapakmu. Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka dari pada seluruh kabilah Quraisy menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan. Engkaku tidak pernah melihat seorang pun dari Bani bapaknya yang pernah berbuat macam-macam seperti engkau perbuat saat ini.”
Rasulullah  hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan ini.
Kemudian beliau mengundang mereka untuk yang kedua kalinya, dan dalam pertemuan itu beliau bersabda:” segala puji bagi Allah, dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidad Ilah selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya,” kemudian beliau melanjutkan lagi, sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yan tiada Ilah selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangkitkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian benar-benar akan dihisab terhadap apa pun yang kalian perbuat, lalu disana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula.”
Abu Tholib berkata,” kami tidak suka menolongmu, menjadi penasehatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang diantara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama bani Abdul Muthollib.”
Abu Lahab berkata ,” demi Allah ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya .”
Abu Thollib menimpali,” demi Allah kami tetap akan melindungi selagi kami masih hidup.”
Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib disebutkan, ketika turun ayat
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ
“ Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat” ( asy-Syuaara: 214)

Rasulullah  bersabda,” aku mengetahui sesungguhnya aku disuruh menyeru kaum ku kepadanya, dan aku melihat mereka membenciku maka aku diam. Kemudian datang malaikat jibril kepadaku berkata: “ wahai Muhammad jika engkau tidak melaksanakan apa yang diperintahkan kepadamu maka balasanmu di neraka.”
Kemudian Rasulullah memanggil Ali bin Abi Tholib untuk memasakkan makanan dari daging kambing dan minuman susu kemudian beliau juga menyuruh Ali untuk mengundang kerabat Rasulullah  / bani Abdul Muthollib.
Kemudian Ali bin Abi tholib melakukannya dan diantara yang datang dalam undangan itu adalah paman-paman beliau, Hamzah, Abu Tholib, Abbas, dan Abu Lahab.
Setelah dihidangkan jamuan tersebut, Rasulullah memotong sedikit dari makanan tersebut dan membuangnya ke
Di Atas Bukit Shofa
Setelah Nabi  merasa yakin terhadap janji Abu Thalib untuk melindungi dalam menyampaikan wahyu dari Allah , maka suatu hari beliau berdiri diatas Shafa , lalu berseru ,” wahai semua orang! “ maka semua suku Quraisy berkumpul memenuhi seruan beliau, lalu beliu mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari Akhir.
Al-bukhori telah meriwayatkan sebagaian dari kisah ini, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ tatkala turun Ayat,” dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat,” maka Nabi  naik ke shafa, lalu berseru, wahai bani fihr, wahai Bani ady...! yang ditunjukan kepada semua suku Quraisy, hingga mereka berkumpul semua. Jika ada seseorang berhalangan hadir,maka dia mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Abu lahab beserta para pemuka quraisy juga ikut datang.
Beliau melanjutkan,” apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa dilembah ini ada pasukan kuda yang mengepung kalian, apakah alian percaya kepadaku?”
“ Benar” jawab mereka ,” kami tidak pernah mempunyai penglaman bersama engkau kecuali kejujuran.”
Beliau erabda,” sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya adzab yang pedih,”
Abu lahab berkata,” celaka engkal untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”
Lalu turun ayat,” celakalahkedua tangan Abu Lahab.”
Seruan yang melingking tinggi inilahyang menjadi tujuan penyampaian dakwah. Rasululllah  sudah menjelaskan kepada orang-orang yang dekat dengan beliau, bahwa pembenaran terhadap risalah beliau merupakan inti hubungan antara diri beliau dan mereka. Fanatisme kekerabatan yang selama itu dipengang erat bangsa Arab menjadi mencair dalam kehangatan peringatan yang datang dari sisi Allah  ini.

Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-Terangan Dan Menentang Tidakan Orang-Orang Musyrik

Seruan beliau terus bergema diantero Makkah, hingga kemudian turun ayat,
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Maka Rasulullah  langsung bangkit menyerang berbagai khurofatdan kebodohan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai
Makkah berpijar dengan api kemarahan, bergola dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengan suara yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang beliau serukan adalah penafian terhadap uluhiyah selain Allah , bahwa makna iman kepda risalah dan hari akhir adalah ketundukan dan kepasrahan secara total, sehingga mereka tidak lagi mempunyai pilihan terhadap diri dan harta mereka, terlebih lagi terhadap orang lain
Mereka menyadari tentang apa yang beliau bawa akan menghancurkan angan-angan mereka terlebih akan menghilangkan kesewenang-wenangan mereka terhadap kaum yang lemah, tapi apa yang bisa mereka perbuat menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercaya ini, menghadapi gambara tertinggi dari nilai kemanusiaan dan akhlaq yang mulia? Sepanjang sejarah nenek moyang dan perjalanan berbagai kaum,mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperti itu,apa yang hendak mereka lakukan ? mereka benar- benar bingung dan memang layak untuk bingung.

Quraisy Mengirim utusan Kepada Abu Thali

Setelah menguras pikiran tidak ada jalan lain bagi mereka kenuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang dilakukan anak saudaranya. Untuk menguatkan permintaan ini, mereka menggunakan selubung nenek moyang dan hakikat

Ibnu Ishaq menuturkan, beberapa pemuka qurasy pergi ke tempat Abu Tholib, lalu berkata,” wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu telah mencaci maki sesembahan kami, mencela agama kami, membodohkan harapan-harapan kami dan menyesatkan nenek moyang kami, engkau boleh mencegahnya agar tidak mengganggu kami, atau biarkan antara kami dan dia, toh engkau juga seperti kami, marilah menentangnya sehingga kita bisa mencegahnya.”
Dengan perkataan yang halus dan penolakan yang lembut Abu Tholi menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tanga hampa, sehingga Rasulullah  bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadanya.”

Membuat Kesepakatan Bersama Melararang Orang-Orang Yang Menunaikan Haji Untuk Mendengarkan Dakwah

Selama masa- masa itu orang-orang quraisy juga disibukkan urusan lain, yaitu semakin dekatnya jarak antara dakwah secara terang-terangan dengan musim haji.mereka menyadari bahwa berbagai utusan dari seluruh Jazirah Arab akan mendatangi mereka. Oleh karena itu mereka berpendapat untuk mengeluarkan satu pernyataan resmi yang disampaikan kepada bangsa Arab tentang status Muhammad, agar dakwah beliau tidak meninggalkan pengaruh didalam jiwa mereka, merekapun berkumpul di tempat Al-Walid bin Al-Mughiroh, memperbincangkan masalah ini.
Al-walid berkata, Ambil satu kesimpulan tentang masalah ini, dan jangan sampai kalian saling berbeda pendapat, sehingga sebagian diantara kalian mendustakan sebagian yang lain, sebagian menyanggah sebagian yang lain.”
“ pendapatmu sendiri bagaimana?” tanya mereka.
“sampaikan dulu pendapatmu, biar aku mendengarkannya,” kata Walid.
“kita katakan saja bahwa dia adalah seorang dukun.”
“ Tidak demi Allah, dia bukanlah dukun,” jawab Walid, “ toh kita pernah melihat para dukun. Dia sama sekali tidak menggunakan sajak dan mentera seperti dukun.”
“ Kita katakan saja, dia orang sinting,” kata mereka.
“Dia bukanlah orang sinting,” kata Walid,” toh kita melihat orang –orang sinting dan mengetahuinya. Dia tidak menangis tersedu-sedu, tidak bertindak sekenanya dan tidak berbisik-bisik layaknya orang sinting.”
“ kita katakan saja, dia seorang penyair,” kata mereka.
“dia bukan penyair.”kata Walid,” kita sudak mengetahui seluruh bentuk syair, yang rajaz, hazaj, qaridh, magbudh maupun mabsuth. Apa yang dia sampaikan itu bukanlah termasuk syair.”
“kita katakan saja dia adalah seorang penyihir.”
“ dia bukanlah seorang penyihir,” kata Walid,” kita sudah melihat para penyihir dan mengetahui sihir mereka. Dia tidak berkomat-kamit dan tidak membuat buhul tali layaknya menyihir.”
“ kalau bagitu apa yang harus kita katakan?”
Al-walid menjawab” demi Allah, perkataannya benar-benar manis, pangkalnya benar-benar cerdik,dan cabangnya benar-benar matang. Tidaklah kalian mengucapkannya sedikit saja dari perkataan tersebut melainkan dia mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang batil. Namun sebutan yang paling mirip untuk dia, hendaklah kalian mengatakan sebagai penyihir. Dia datang membawa suatu perkataan menyerupai sihir yang bisa memisahkan antara seorang dengan bapaknya, saudaranya, istrinya ataupun kerabatnya, sehingga kalian terpecah belah karenanya.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika walid menolak usulan-usulan mereka, lalu mereka meminta kepada walid untuk membrikan usulan yang tidak bisa dibantah. Kemudian walid meminta mereka waktu sejenak untuk berfikir. Setelah beberapa saat walid menyampaikan seperti yang disampaikan diatas.
Tentang apa yang dilakukan al-Walid ini, Allah  telah menurunkan enam belas ayat didalam surat Al-Muddatsir, dari ayat 11 hingga 26, di antaranya disebutkan tentang bagaimana dia memeras pikirannya.

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا* وَجَعَلْتُ لَهُ مَالا مَمْدُودًا* وَبَنِينَ شُهُودًا* وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا* ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ* كَلا إِنَّهُ كَانَ لآيَاتِنَا عَنِيدًا* سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا* إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ* فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ* فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ* ثُمَّ نَظَرَ* ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ* ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ* فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ* إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ* سَأُصْلِيهِ سَقَرَ .

“ Sesungguhnya Dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), Maka celakalah dia! bagaimana Dia menetapkan?, Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah Dia menetapkan?, Kemudian Dia memikirkan,. Sesudah itu Dia bermasam muka dan merengut, Kemudian Dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, Lalu Dia berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), Ini tidak lain hanyalah Perkataan manusia". Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.”
( Q.S. Al-Muddatsir: 11-26 )

Setelah semua orang yang hadir dalam pertemuan menyepakati ketetapan itu, maka mereka memutuskan untuk melaksanakannya. Untuk itu mereka duduk di pinggir-pinggir jalan yang dilalui manusia tatkala datang, sehingga tak seorang pun yang lewat melainkan mendapat peringatan tentang diri Muhammad dan mereka juga menyebutkan keadaannya.
Yang mempelopori pelaksanaan ini adalah Abu Lahab. Ketika musim haji benar-benar sudah tiba, Rasulullah  mendatangi manusia di tempat tinggal mereka, di pasar Ukazh, Majannah dan Dzil Majaz, menyeru mereka kepada Allah. Sementara itu Abu lahab menguntit dibelakang beliau sambil berkata,” janganlah kalian mematuhinya, karena dia orang yang keluar dari agama dan seseorang pendusta.”
Akibatnya pada musim itu orang-Orang Arab pulang ketempat masing-masing dengan membawa urusan Rasulullah . Nama beliau tersebar diseluruh penjuru Arab.

No comments:

Post a Comment

La tansa